JOMBLO. Satu kata yang tak asing terutama di kalangan remaja. Jomblo
adalah satu kondisi ketika seseorang tidak punya pasangan. Namun dalam
perjalanannya ketidak-punya-pasangan ini sering jadi konotasi negatif,
bahwa Sang Jomblo adalah orang yang tidak laku, ditinggal pacar dan
punya nasib yang mengenaskan. Lalu muncullah berbagai ungkapan buat si
Jomblo, seperti: “Hari gini jomblo..??”, “Ngapain jomblo terus..?”, “Mau
jomblo sampe bulukan..??”, “jomblo niye..”, “eh, kamu jomblo po..?!
Kasian..”. Definisi jomblo pun semakin sempit bahwa Jomblo hanya sebutan
bagi para pecundang cinta (halah), yang tidak pandai membina hubungan,
tidak laku atau bahkan disebut h*m*s*ks (na’udzubillah). Kalau sudah
seperti ini bisa kalang kabut tuh si Jomblo, sebisa mungkin dia
menghindari predikat Jomblo dalam dirinya dan menyibukkan diri mencari
pasangan.
Padahal, kenyataan mengatakan: JOMBLO GA GITU DEHH… (Iya po..?!), Iya
noh. Jomblo bukanlah dampak (buruk) dari kandasnya cinta (halah)
melainkan sebuah pilihan (prinsip hidup) dan harus ditempatkan seperti
ini agar menjadi objektif. Jomblo akan menyakitkan jika itu dianggap
sebagai akibat, maka perluaslah perspektif tentang jomblo. Jomblo harus
dijadikan sebuah pilihan.
Saya yakin jika mengambil dari perspektif agama (Islam) semuanya
tentu faham bagaimana hukum pacaran, dampak negatif dan keburukannya.
Sebenarnya secara sadar atau tidak, hati nurani pun menolak hal ini,
dengan salah satu indikator bahwa beberapa orang mikir 2 kali saat mau
pacaran di bulan Romadhon
(Iya po..?! ga juga), ga pernah ada orang pacaran di dalam masjid.
Kita pun kadang nyeleneh: “Puasa kok pacaran..??”. ini artinya pacaran
itu sendiri sudah punya pemahaman negatif dalam hati yang terdalam.
Lepas dari agama membenarkan atau tidak. Kecuali hatinya memang sudah
mati.
Nah, sejatinya ketika jomblo itu jadi sebuah pilihan, maka pencarian
pasangan pun tentu tidak jadi prioritas. Jomblo itu bukan tempo
persinggahan dari satu pasangan ke pasangan lain, tapi jomblo adalah
pelepasan dan pembebasan, atau sebuah proses menuju Freedom Flotilla,
menuju kebebasan sebenarnya. Tanpa banyak aturan dari pacar, duit awet
dan kita pun tidak disibukkan buat mikirin anak orang. Bebas berhubungan
dengan siapapun. Nongkrong bareng temen lebih leluasa. Ga ada aturan,
tanpa ikatan. Bisa menjalin hubungan (bukan pacaran) dengan lelaki
manapun, dengan wanita manapun, tanpa takut dicurigai, tanpa kekangan
dari pacar. Ya, bebas sebebas-bebasnya. Jika dalam pacaran kita hanya
mencintai dan dicintai satu pasangan. Maka dengan menjadi jomblo kita
punya peluang lebih besar buat mencintai dan dicintai teman. Semua
teman. gaa cuma satu. Ga perlu backstreet. Ga perlu selingkuh. Ga perlu
kucing-kucingan sama orang tua. Dan yang paling utama: GA BERDOSA. (ya,
kan..?!)
Jomblo bukan berarti ga laku, bukan berarti ga akan punya pasangan,
karena jomblo juga pilihan. Tentu setiap manusia diciptakan berpasangan.
Selalu ada orang yang menunggu di luar sana (ngarep), tapi bener kok,
itu Qur’an lho. Carilah pasangan jangka panjang, ketika siap nikah,
bukan menyukai sesaat dan terbuang seperti sampah.
Dan gue yakin kalian yang masih jomblo.. jangan takut.. Allah SWT udh
mengatur koq jodoh kalian semua.. So Sambutlah kedatangan kekasih
kalian nanti.. Okey Wassalam
No comments:
Post a Comment